Letak Kalimat Utama Dan Tekhnik Pengembangan Paragraf
Jumat, 31 Oktober 2014
0
komentar
(Letak Kalimat Utama Dan
Tekhnik Pengembangan Paragraf)
A. Pendahuluan
Mengarang adalah usaha
mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian dalam karangan itu kita
harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragrap. Oleh karena itu kita harus
hemat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung satu kalima
topik.
B. Jenis Paragraf berdasarkan Letak Kalimat Utama
Ada tiga jenis paragraf berdasarkan peletakan gagasan
utama dalam paragraf tersebut yaitu: paragraf deduktif, induktif, dan campuran.
1.
Paragraf
Deduktif
Paragraf Deduktif adalah paragraf
yang diawali dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama yang
bersifat umum kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus.[1] Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti.
Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu.
Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya membuka usaha baru.[2]
2.
Paragraf
Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf
yang diawali dengan kalimat yang berisi penjelasan- penjelasan kemudian
diakhiri dengan kalimat utama. Paragraf Induktif terbagi menjadi tiga yaitu:
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu pola
pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki
kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan
penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk
mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa
khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri
dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah
disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama
paragraf.[3]
Contoh :
Pada hari sabtu, Susi, Amir, dan
Ranti pergi mengunjungi korban bencana banjir di daerah Jakarta Timur. Mereka
mengumpulkan beberapa pakaian, mie, dan makanan ringan untuk dibagikan kepada
korban banjir. Ketiga anak tersebut merupakan siswa yang dermawan dan peduli
pada orang lain.
Yang menjadi penjelasan diatas
adalah :
Pada hari Sabtu, Susi, Amir, dan
Ranti pergi mengunjungi korban bencana banjir di daerah Jakarta Timur merupakan
peristiwa khusus.
Peristiwa khusus itu kita
hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis. Topik utama
yang adalah bahwa ketiga anak tersebut
dermawan dan perduli pada orang lain.
Kesimpulannya mereka mengumpulkan
beberapa pakaian, mie, dan makanan ringan untuk dibagikan kepada korban banjir.
Ketiga anak tersebut merupakan siswa yang dermawan dan perduli pada orang lain.[4]
2.
Analogi
Analogi merupakan pola penyusunan
paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika
sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal
yang lain. Contoh :
Alam semesta berjalan dengan sangat
teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang
berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin
yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu
ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi
sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang
sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya.
Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada
ciptaan-ciptaan-Nya itu .
Dalam paragraf di atas, penulis
membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia
sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika
manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan
sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
3.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola
penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola
hubungan sebab-akibat. Contoh :
Jika hujan-hujanan, kita akan sakit
kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala.
Ada tiga pola hubungan kausalitas,
yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
a.
Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa
yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya.
Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan
tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian,
perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan produksi
nasional pun peningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran
dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian
kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang
ini. Oleh karena itu, tidak mengIndonesia sudah sanggup menerima pinjaman
luar negeri dengan syarat yang kurang
lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita
perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat dalah kecermatan dalam
menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
b.
Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan
peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk
mencari penyebabnya. Contoh:
Pak Randi tidak pergi ke kantor hari
ini, istrinya sedang membersihkan rumah dari banjir. Oleh karena itu, pak randi
tidak masuk kantor, karena ia dan istrinya terkena bencana banjir.
c.
Sebab-Akibat-1
Akibat-2
Satu penyebab dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan
akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga
berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan
lain-lain dinaikan harganya. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi
dengan harapan supaya ekonomi Indonesia berlangsung normal. Karena harga bahan
bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika niaya
angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan
untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan
dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus
diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan masyarakat.
3.
Paragraf
Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas
dan diakhiri dengan kalimat topik. Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan
penegasan dari awal kalimat. Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apapun yang dilakukan manusia
pasti menggunakan sarana pembatas, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun
yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti
sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
C. Teknik Pengembangan Paragraf
Teknik pengembangan
paragraf itu secara garis besarnya ada dua macam. Pertama, dengan
menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan
digambarkan dengan kalimat-kalimat
penjelas sehingga didepan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh
penulis. Kedua, dengan “analisis”. Apa yang dinyatakan kalimat topik
dianalisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang
meyakinkan.[5]
Di dalam paraktinya, kedua
teknik diatas dapat diperinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis,
diantaranya:
1. Dengan memberikan contoh,
2. dengan menampilkan fakta-fakta,
3. dengan memberikan alasan-alasan, dan
4. dengan memberikan cerita.[6]
Contoh:
1.
Memberikan Contoh/Fakta
Biasanya, pembaca senang
membaca paragraf-paragraf yang dikembangkan dengan cara ini. Perhatikan
paragraf berikut ini:
Kegiatan KUD di desa-desa
yang belum dewasa sering dicampuri oleh tengkulak-tengkulak, seperti didesa
Kioro. Semua kegiatan KUD selalu dipantau oleh tengkulak-tengkulak.
Kadang-kadang bukan memantau lagi namanya, tetapi langsung ikut serta
menentukan harga gabah penduduk yang akan dijual ke koperasi. Tengkulak itulah
yang mengatur pembagian uang yang ditangani oleh ketua kopersi, mengatur
pembelian padi, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam menjual kembali
kemasyarakat. Harga padi selalu ditentuka oleh tengkulak itu. Dari hasil
penjualan ini tengkulak meminta upah yang cukup besar dari ketua kopersi.
Dalam menggunakan cara
ini, penulis hendaknya pandai memilih conto-contoh yang umum, contoh yang
representatif, yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya, dan bukan contoh
yang terlalu dicari-cari.[7]
2.
Memberikan Alasan-alasan
Dalam cara ini, apa yang
dinyatakan oleh kalimat topik dianalisis berdasarkan logika, dibuktikan dengan
uraian-uraian yang logis dengan menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian.[8]
Perhatiakan paragraf berikut:
Membiasakan diri
berolahraga setiap pagi banyak manfaatnya bagi seorang pegawai. Olahraga itu
sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan duduk berjam-jam dibelakang meja
kantor. Kalau tidak demikian, pegawai itu akan menderita beberapa penyakit
karena tidak ada keseibangan kerja otak dan kerja fisik. Kalau pegawai pegawai
itu menderita sakit, berarti ia membengkalaikan pekerjaan kantor yang berarti
pula melumpuhkan kegiatan negara.[9]
3.
Memberikan cerita
Biasanya, pengarang
mengungkapkan kembali peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah berlalu
apabila ia mengembangkan paragraf dengan cara ini. Dengan paragraf itu
pengarang berusaha membuat lukisannya itu hidup kembali.[10]
Perhatiakan paragraf berikut:
Kota Wonosobo telah mereka
lalui. Kini jalan lebih sepit berliku-liku.
Bus meraung-raung kedataran tinggi Dieng. Di samping kanan jurang
menganga, tetapi pemandangan dikejauhan adalah hutan pinus menyelimuti punggung
bukit dan bekas-bekas kawah yang memutih. Pemandangan itu melalaikan guncangan
bus yang tak henti-hentinya berkelak-kelok. Sesekali atap rumah terlihat
dikejauhan.
D. Simpulan
Ada tiga jenis paragraf berdasarkan peletakan gagasan
utama dalam paragraf tersebut yaitu: paragraf deduktif, induktif, dan campuran.
Teknik pengembangan
paragraf itu secara garis besarnya ada dua macam. Pertama, dengan
menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan
digambarkan dengan kalimat-kalimat
penjelas sehingga didepan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh
penulis. Kedua, dengan “analisis”. Apa yang dinyatakan kalimat topik
dianalisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang
meyakinkan.
[2] Ade hukmat dan Nani solihati,
Bahasa Indonesia (untuk Mahasiswa S1 & pascasarjana, Guru, Dosen,
Praktisi, dan Umum), (Jakarta :
Grasindo, 2013). h. 69.
[4] Ade Hikmat dan Nani solihati, Bahasa Indonesia (untuk
Mahasiswa S1 & pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi, dan Umum), (Jakarta : Grasindo, 2013). h. 69.
[5] E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
Akademika Persindo, 2009), cet. ke-11,
h. 127.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Letak Kalimat Utama Dan Tekhnik Pengembangan Paragraf
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://janganpernahselingku.blogspot.com/2014/10/letak-kalimat-utama-dan-tekhnik.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar