KELOMPOK ISLAM INDONESIA (Libral & Radikal)
Jumat, 04 April 2014
0
komentar
KELOMPOK ISLAM INDONESIA
(Libral & Radikal)
A.
Pendahuluan
Perkembangan Islam di Indonesia pasca di sebarkan oleh para ulama islam ke
depannya mengalami kemunduran dalam hal hidup berdampingan dengan penuh
kebersamaan ditengah-tengah perbedaan. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari
awal masuknya Islam di Indonesia (Nusantara). Dalam lembaran sejarah Islam di
Indonesia, proses penyebaran agama tersebut terbilang cukup lancar serta tidak
menimbulkan konfrontasi dengan para pemeluk agama sebelumnya. Pertama kali
masuk melalui Pantai Aceh, Islam dibawa oleh para perantau dari berbagai
penjuru, seperti Arab Saudi dan sebagian dari mereka juga ada yang berasal dari
Gujarat (India). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya proses
Islamisasi secara damai itu karena kepiawaian para muballigh-nya dalam memilih
media dakwah, seperti pendekatan sosial budaya, tata niaga (ekonomi), serta politik.
Dalam penggunaan media budaya, sebagian muballigh memanfaatkan
wayang sebagai salah satu media dakwah. Dengan ketrampilan yang cukup piawai,
Sunan Kalijaga misalnya, mampu menarik simpati rakyat Jawa yang selama ini
sudah sangat akrab dengan budaya yang banyak dipengaruhi oleh tradisi Hindu
Budha tersebut. Bahkan, beberapa di antara hasil kreasinya tersebut mampu
menjadi salah satu tema dari tema-tema pewayangan yang ada, termasuk gubahan
lagu-lagu yang berkembang di benak penganut agama hindu.
Selain menggunakan media tradisi dan budaya, para pembawa panji
Islam itu juga memanfaatkan aspek ekonomi (tata niaga) untuk mengembangkan
nilai-nilai serta ajaran Islam. Dari berbagai literatur terungkap bahwa aspek
tersebut menempati posisi cukup strategis dalam upaya untuk melakukan
Islamisasi di bumi Nusantara. Hal itu bisa dipahami karena sebagian besar para
pedagang –kala itu– telah memeluk agama Islam, seperti pedagang dari Arab
Saudi, maupun dari daerah lain, seperti Gujarat, termasuk juga Cina. Salah satu
faktor yang mendorong minat masyarakat Nusantara untuk mengikuti agama para
pedagang tersebut, karena tata cara dagang serta perilaku sehari-hari lainnya
dianggap cukup menarik dan lebih mengenai dalam sanubari masyarakat setempat.
Dalam makalah yang singkat ini kita akan
membahas sedikit tentang kelompok-kelompok islam yang timbul dan berkembang
dimasa sekarang dimana kemunculan beberapa kelompok-kelompok ini telah
menyebabkan timbulnya berbagai kontroversi antara sesama pemeluk agama islam.
B.
Pengertian Kelompok Islam Liberal
Kata Liberal dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki arti bersifat bebas,
berpandangan bebas (luas dan terbuka).[1] Sedangkan Mejlis Ulama Indonesia (MUI) dalam
fatwanya menyebutkan bahwa, Liberalisme adalah memahami nash-nash agama (Al
Quran dan As Sunnah) menggunakan akal fikiran yang bebas, hanya menerima
doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal fikiran semata.[2]
Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam
yang salah satu landasannya adalah Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam.
Islam Liberal percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks
keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa
bertahan dalam segala cuaca.
Dari uraian diatas maka dapat diambil
pengertian bahwa Kelompok Islam Liberal ialah Kelompok Islam yang memberikan
kebebasan dalam berpikir untuk memahami nash-nash agama sehingga islam mampu
bertahan dalam perkembangan jaman dan dalam perubahan segala cuaca yang
dihadapi dalam kehidupan umat islam.
C.
Tujuan Jaringan Islam Liberal
Kelahiran Jaringan Islam Liberal
dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap kelompok Islam fundamentalis yang
dianggap selalu memonopoli kebenaran dan memaksakan kehendak mereka dengan
cara-cara yang justru tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu,
untuk menghambat atau mengimbangi gerakan Islam militan atau fundamentalis ini
kalangan liberal mendeklarasikan sebuah jaringan.
Jaringan Islam Liberal bermaksud mengimbangi pemikiran kelompok yang bermaksud
menerapkan syariat Islam secara formal di Indonesia. Dalam gerakannya
Jaringan Islam Liberal
merumuskan empat tujuan:
1.
Memperkokoh
landasan demokrasi lewat penanaman nilai-nilai pluralisme, inklusivisme, dan
humanisme.
2.
Membangun
kehidupan keberagamaan yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan.
3.
Mendukung
dan menyebarkan
gagasan keagamaan (utamanya Islam), yang pluralis,
terbuka, dan
humanis.
4.
Mencegah
pandangan-pandangan keagamaan yang militan dan prokekerasan
tidak menguasai wacana publik.[3]
Secara garis besar Jaringan Islam Liberal
mempunyai tiga misi utama yaitu:
1.
Mengembangkan
penafsiran Islam yang liberal yang sesuai dengan prinsip yang
mereka anut, serta menyebarkannya kepada masyarakat seluas mungkin.
2.
Mengusahakan
terbukanya ruang dialog yang bebas dari konservatisme. Mereka
yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan
gerakan Islam yang sehat.
D.
Konsep Islam Liberal Terhadap Pendidikan Islam
Paradigma
pembelajaran tradisional pada umumnya masih terkesan mengesampingkan peran pengembangan potensi
nalar dan berkreasi. Banyak orang menimba ilmu
pengetahuan, namun mereka ibarat alat perekam bagi ilmu-ilmu yang mereka
pelajari, tidak lebih kurang. Kadang mereka mempelajari sebuah kitab dari
guru mereka
dengan tekun
dan konsentrasi, mereka berusaha memahami bacaan bahkan
menghafalnya dan mencatatnya.[5]
Terdapat dua persoalan dalam
pengembangan potensi akal dan berfikir yang penting untuk dikaji. Pertama,
adalah pengembangan potensi akal dan potensi berfikir kreatif. Kedua, tentang pengembangan kajian keilmuan.[6] Dua hal inilah yang menjadi konsen dari
paradigma Islam liberal, supaya kedua hal tersebut bisa tercapai maka
pembelajaran harus membebaskan dan mencerdaskan, memposisikan anak didik
sabagai subyek pembelajaran.
Pendekatan
liberal mendominasi segenap pemikiran tentang pendidikan baik pendidikan formal seperti sekolah,
maupun pendidikan non formal seperti pelatihan. Akar pendidikan
ini adalah liberalisme, suatu pandangan yang menekankan
pengembangan kemampuan, perlindungan hak, dan kebebasan,
serta mengidentifikasi problem dan upaya perubahan social secara
inkremental demi manjaga stabilitas jangka panjang. Konsep pendidikan
dalam tradisi liberal berakar dari cita-cita barat
tentang induvidualisme.
Ide politik leberalisme berkait erat dengan bangkitnya kelas
menengah yang diuntungkan oleh kapitalisme. Model ideal mereka adalah
manusia “rasionalis
liberal”, yaitu bahwa semua manusia memiliki potensi sama dalam
intelektual.[7]
Pendidikan Islam liberal memiliki dua spirit yaitu:
1.
Spirit
untuk mengubah kebekuan dalam tradisi pembelajaran
agama, Islam liberal mencoba menawarkan
pembelajaran yang dinamis dan memerdekakan, yang berorientasi pada pembalajaran aktif
komunikatif yang searah.
2.
Spirit
untuk memberi ruang bagi perbedaan yang terkait dengan budaya dan suku, perbedaan bila dikelola secara
baik akan menjadi sumber pembelajaran.
Konsep yang ditawarkan oleh pendidikan Islam liberal adalah konsep
yang universal yang tidak terbatas pada aliran dan faham tertentu. Bagi
Islam liberal pendidikan adalah usaha untuk memerdekakan peserta didik
menjadi manusia yang seutuhnya, merdeka dan berbakati kapada kemanusian
dengan prinsip-prnsip yang qurani. Sebuah harapan yang memang
harus diwujudkan ditengah pluralitas agama dan budaya.
E.
Pengertian Kelompok Islam Radikal
Radikal menurut bahasa memiliki
arti, secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip), amat keras menuntut
perubahan (undang-undang, pemerintahan, dsb), maju dalam berpikir dan
bertindak.[8]
Islam
radikal adalah ideologi islam yang mendasar dan menyeluruh dan apabila
seseorang disebut sebagai islam radikal berarti seseorang tersebut memiliki
pemahaman islam yang mendasar dan menyeluruh seehingga ia ingin menerapkan
seluruh aturan islam secara menyeluruh dalam setiap sendi kehidupannya.
Radikalisme dalam bahasa Arab disebut syiddah al-tanatu. Artinya
keras, eksklusif,
berpikiran sempit, rigid, serta memonopoli kebenaran. Muslim radikal
adalah orang Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta
bersifat eksklusif dalam memandang agama-agama lainnya.
Radikalisme dalam studi ilmu sosial diartikan sebagai pandangan
yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan interpretasinya terhadap
realitas sosial atau ideologi yang dianutnya. Radikal dan radikalisme
adalah sebenarnya konsep yang netral dan tidak bersifat pejorative
(melecehkan).
Jadi kelompok Islam Radikal ialah sebuah
kelompok islam yang menginginkan perubahan terhadap realitas sosial atau
ideologi yang dianutnya, dimana semua urusan dalam sendi kehidupan seluruhnya
diatur oleh aturan islam.
F.
Faktor yang Menyebabkan dianggab Sebagai Islam
Liberal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu kelompok atau
seseorang dianggap sebagai islam radikal, yaitu:
1.
Syariat Islam
Kelompok-kelompok atau ormas-ormas islam yang dianggap radikal
sangat menginginkan syariat islam diterapkan di nusantara ini secara menyeluruh
dari sistempolitik, hukum, sosial semuanya diatur dalam undang-undang
yang berasaskan syariat islam karena mereka menganggap hanya syariat islamlah
yang bisa membuat negeri ini makmur, aman dan sejahtera.
Mereka beranggapan bahwa Indonesia seperti sekarang ini, karena
pemerintahnya tidak menggunakan syariat islam dalam memimpin negara, sehingga
banyak kejahatan dan kriminalitas serta terbelakang secara ekonomi dan
pendidikan.
2.
Kontra Demokrasi
Demokrasi yang digunakan di negeri Indonesia ini bukan
merupakan syariat yang diturunkan oleh Allah sehingga kelompok-kelompok atau ormas-ormas
islam yang dianggap radikal menolak bahkan menentang sistem tersebut karena
mereka menganggap hanya syariat yang diturunkan Allah yang mampu mengatasi
segala permasalahan di negeri ini.
Dan juga karena demokrasi berasal dari barat ini merupakan
sistem yang mengambil keputusan dari suara terbanyak sehingga suara
seorang WTS dianggap sama dengan suara seorang ulama maupun orang yang
berintelektual. Oleh karena itu, mereka menolak dengan sangat sistem demokrasi
tersebut dan menginginkan syariat islam tegak.
3.
Kontra Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme
Selain demokrasi kelompok-kelompok atau ormas-ormas islam yang
dianggap radikal juga kontra Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme.
a)
Sekularisme,
Menurut MUI
dalam fatwanya Sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama;
agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan
hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.
Oleh karena itu, kelompok-kelompok atau ormas-ormas yang dianggap radikal
sangat menentang sekuliresme agama karena bertentangan dengarn aturan yang
telah Allah turunkan.
Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini tidak dapat dipisahkan dengan
agama karena Allah Sang Pencipta telah menurunkan aturan yang mengatur seluruh
aktivitas manusia di bumi baik dari segi politik, ekonomi, hukum, sosial maupun
yang lainnya yang telah termaktub dalam Al-Qur’an Al-Kariim.
b)
Pluralisme
Kelompok-kelompok
atau ormas-ormas islam yang dianggap radikal juga sangat menentang pluralisme
dalam agama, Menurut mereka pluralisme adalah mengangap bahwa semua agama
adalah sama benarnya.
Padahal Allah
telah berfirman dalam Al-Qur’an dalam surat Ali Imron ayat 19 bahwa agama yang
diridhoi Allah hanyalah Islam.dan tidak ada lagi selain itu, maka atas dasar
itu kelompok-kelompok tersebut sangat menentang pluralisme.
c)
Liberalisme
Selain
sekulerisme dan pluralisme, kelompok-kelompok tersebut juga sangat menentang
liberalisme dalam agama, karena liberalisme dalam agama adalah memahami
nash-nash agama (Al-Qur’an & Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang
bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran
semata, sehingga kelompok-kelompok tersebut sangat menentangnya karena tidak
sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
4.
Khilafah Islamiyah
Kelompok-kelompok atau ormas-ormas islam yang
dianggap radikal memiliki satu tujuan yang sangat besar yaitu menegakan kembali
konstitusi islam terbesar Khilafah Islamiyah atas tuntunan nabi.[9]
G.
Simpulan
Islam liberal ialah islam yang berasaskan
kebebasan dalam berpikir dan cenderung memilih doktrin-doktrin agama yang hanya
sesuai dengan logika, hal ini tentunya sangat berlawanan dengan islam radikal
yang begitu menginginkan semua hukum-hukum islam menjadi sebuah peraturan yang
mengatur segenap sendi kehidupan.
[1] Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
bahasa Indonesia, (Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1995) Cet. 7, H.591.
[2] Ketentuan Umum Fatwa Mejlis Ulama Indonesia
(MUI), Penyelewengan Aliran Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme, (Jakarta, 22 Juli 2005).
[3]
Adian Husaini dan Nuim Hidayat. 2003. "Islam Liberal: Sejarah,
Konsepsi, Penyimpangan
dan Jawabannya". Jakarta: Gema Insani Press. H. 8
[5]
Murtadha Muthahhari, Konsep Pendidikan Islam, Penerjemah: M. Baharudin, (Jakarta: Iqro Kurnia Gemilang, 2005), H. 20
[7]
Mansur Fakih dkk (Penyuting), Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis, (Yogyakarta:
Insist Pres, 2005), H. 25.
[8] Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
bahasa Indonesia, (Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1995) Cet. 7, H.808.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: KELOMPOK ISLAM INDONESIA (Libral & Radikal)
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://janganpernahselingku.blogspot.com/2014/04/kelompok-islam-indonesia-libral-radikal.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar